Rabu, 09 November 2011

Lirik lagu ost Dream High 2 bahasa


Lirik Lagu Dream High Versi Bahasa Korea

I Dream High nan kkumeul kkujyo
Hindeul ttaemyeon nan nuneul gamgo
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo ireonajyo

Duryeoumeui kkeuteseo nan
Oneuldo heundeullijyo
Tteorejilkka bwa naraoreuji mothaneun
Eorin saecheoreom

Jakku naega hal su inna
Nae kkumi irweojilkka
Naeditneun georeum han georeum georeumi dashi
Duryeoweo jil ttaemada

I Dream High nan kkumeul kkujyo
Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo ireonajyo

I can fly high naneun mideoyo
Eonjenganeun jeo haneulwiro
Nalgaereul pyeogo nugubodado
Jayurobge nopi nara oreul geoeyo

Neomeojin nal ireukkyeo jul
Yonggiga phiryohajyo
Meonjireul teolgo dashi ireona tto han beon
Ttwieogal yonggiga

Dashi han beon nareul midgo
Naeui unmyeongeul midgo
Modeun geol geolgo nae kkiboda nopeun byeogeul
Ttwieo neomeulgeoeyo ~Oh

I Dream High nan kkumeul kkujyo ( kkumeul kkujyo )
Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo ( dashi ) ireonajyo ( Oh )

I can fly high naneun mideoyo
Eonjenganeun jeo haneulwiro ( jeo haneulwiro )
Nalgaereul pyeogo nugubodado
Jayurobge nopi ( nan ) nara oreul geoeyo

Dream high a chance to fly high
Apeumdeureun ijen modu da bye bye
Haneure inneun jeo byeoldeul
Cheoreom nopi narabwa ni kkumdeureul
Pyeolchyeo boneun geoya time for you to shine
Ijebuteo shijagiya gotta make ‘em mine

Ni soneuro irweoga mirael duryeoweo hajima
Ijen himkkeot jashinitge georeoga
Destiny sukmyeongiji meomchul su eopneun
Unmyeongi jigeum uri nunape pyeolchyeojiji

Igeon neoreul wihan whole new fantasy
Geureoni ijebuteo yeogi soneul jaba
Urieui mikpyoneun jigeumbuteo hana
Kkumgwa mirae pogi haji anha
Jeolmeum yeoljeong yeogi moduda Dream High

I Dream High nan kkumeul kkujyo ( kkumeul kkujyo )
Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo ( nuneul gamgo )
Kkumi irweojineun geu sunganeul
Gyesok tteoollimyeo ireonajyo ( Oh )

I can fly high naneun mideoyo ( mideoyo )
Eonjenganeun jeo haneulwiro ( jeo haneulwiro )
Nalgaereul pyeogo nugubodado
Jayurobge nopi nara oreul geoeyo




Lirik Lagu Dream High Versi Bahasa Inggris


I dream high I dream a dream
When it's tough, I close my eyes and
The moment my dream comes true
continue to recall and get up
at the end of fear today too I tremble
Like a baby bird, would it fall, unable to fly
repeatedly I can do it, can my dream come true
every time I'm fearful, my belief walking step by step again

I dream high I dream a dream
When it's tough, I close my eyes and
The moment my dream comes true
continue to recall and get up

I believe I can fly high
one day me above the sky
wings stretched out, more free than anyone else
flying rising high
I need bravery to overcome
firstly pick myself up rise again and dare to run
once again believe in me and my destiny

climb over every wall taller than me
I dream high I dream a dream
When it's tough, I close my eyes and
The moment my dream comes true
continue to recall and get up
I believe I can fly high

one day me above the sky
wings stretched out, more free than anyone else
flying rising high
Dream high a chance to fly high
Now bye bye to all that hurts

try flying high like the stars in the sky
your dream will unfold
starting from now
don't be afraid of the future made by your hands
now walk totally confident

unstoppable destiny is destiny
now we soar up high
for you, this whole new fantasy
so from now, take my hand here
from now on, our aim
one dream and not give up
youthful passion all here dream high

I dream high I dream a dream
When it's tough, I close my eyes and
The moment my dream comes true
continue to recall and get up

I believe I can fly high
one day me above the sky
wings stretched out, more free than anyone else
flying rising high

Purpose in life of Buddha religion

Tujuan Hidup Umat Buddha

Setelah kita dapat mengerti atau memahami apa arti Buddha Dhamma, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tadi, maka kita sudah dapat mengetahui bahwa tujuan hidup umat Buddha adalah tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang masih bersifat keduniawian
(yang masih berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan sementara saja; maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir, dan merupakan sasaran utama dalam belajar Buddha Dhamma.

Banyak orang yang masih memiliki salah pengertian mengatakan bahwa,Agama Buddha (Buddha Dhamma) hanya menaruh perhatian kepada cita-cita yang luhur, moral tinggi, dan pikiran yang mengandung filsafat tinggi saja, dengan mengabaikan kesejahteraan kehidupan duniawi
dari umat manusia.

Padahal, Sang Buddha di dalam ajaran-Nya, juga menaruh perhatian besar terhadap kesejahteraan kehidupan duniawi dari umat manusia, yang merupakan kebahagiaan yang masih berkondisi.
Memang, walaupun kesejahteraan kehidupan duniawi bukanlah merupakan tujuan akhir dalam Agama Buddha, tetapi hal itu bisa juga merupakan salah satu kondisi (sarana / syarat) untuk tercapainya tujuan yang lebih tinggi dan luhur, yang merupakan kebahagiaan yang tidak berkondisi,
yaitu terealisasinya Nibbana.

Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam kehidupan duniawi adalah merupakan suatu penghalang bagi tercapainya kebahagiaan akhir yang mengatasi keduniaan.

Sesungguhnya yg menghalangi perealisasian Nibbana, bukanlah kesuksesan atau kesejahteraan kehidupan duniawi tersebut, tetapi kehausan dan keterikatan batin kepadanya itulah, yang merupakan halangan untuk terealisasinya Nibbana.

Di dalam Vyagghapajja sutta, seorang yang bernama Dighajanu, salah seorang suku Koliya, datang menghadap Sang Buddha. Setelah memberi hormat, lalu ia duduk di samping beliau dan
kemudian berkata:

"Bhante, kami adalah upasaka yang masih menyenangi kehidupan duniawi, hidup berkeluarga, mempunyai isteri dan anak. Kepada mereka yang seperti kami ini, Bhante, ajarkanlah suatu ajaran (Dhamma) yang berguna untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi dalam kehidupan sekarang ini,
dan juga kebahagiaan yang akan datang."
Menjawab pertanyaan ini, Sang Buddha bersabda bahwa ada empat hal yang berguna yang akan dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi sekarang ini, yaitu:

1. Utthanasampada: rajin dan bersemangat dalam mengerjakan apa saja, harus terampil dan produktif; mengerti dengan baik dan benar terhadap pekerjaannya, serta mampu mengelola pekerjaannya secara tuntas.

2. Arakkhasampada: ia harus pandai menjaga penghasilannya, yang diperolehnya dengan cara halal, yang merupakan jerih payahnya sendiri.

3. Kalyanamitta: mencari pergaulan yang baik, memiliki sahabat yang baik, yang terpelajar, bermoral, yang dapat membantunya ke jalan yang benar, yaitu yang jauh dari kejahatan.

4. Samajivikata: harus dapat hidup sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Artinya bisa menempuh cara hidup yang sesuai dan seimbang dengan penghasilan yang diperolehnya, tidak boros, tetapi juga tidak pelit / kikir.
Keempat hal tersebut adalah merupakan persyaratan (kondisi) yang dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi sekarang ini, sedangkan untuk dapat mencapai dan merealisasi kebahagiaan yang akan datang, yaitu kebahagiaan dapat terlahir di alam-alam yang
menyenangkan dan kebahagiaan terbebas dari yang berkondisi, ada empat persyaratan pula yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut:

1. Saddhasampada: harus mempunyai keyakinan, yaitu keyakinan terhadap nilai-nilai luhur. Keyakinan ini harus berdasarkan pengertian, sehingga dengan demikian diharapkan untuk menyelidiki, menguji dan mempraktikkan apa yang dia yakini tersebut.
Di dalam Samyutta Nikaya V, Sang Buddha menyatakan demikian:
"Seseorang … yang memiliki pengertian, mendasarkan keyakinannya sesuai dengan pengertian."

Saddha (keyakinan) sangat penting untuk membantu seseorang dalam melaksanakan ajaran dari apa yang dihayatinya; juga berdasarkan keyakinan ini, maka tekadnya akan muncul dan berkembang.
Kekuatan tekad tersebut akan mengembangkan semangat dan usaha untuk mencapai tujuan.
2. Silasampada: harus melaksanakan latihan kemoralan, yaitu menghindari perbuatan membunuh, mencuri, asusila, ucapan yang tidak benar, dan menghindari makanan/minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran (hilangnya pengendalian diri).

Sila bukan merupakan suatu peraturan larangan, tetapi merupakan ajaran kemoralan yang bertujuan agar umat Buddha menyadari adanya akibat baik dari hasil pelaksanaannya, dan akibat buruk bila tidak melaksanakannya. Dengan demikian, berarti dalam hal ini, seseorang bertanggung jawab penuh terhadap setiap perbuatannya.

Pelaksanaan sila berhubungan erat dengan melatih perbuatan melalui ucapan dan badan jasmani. Sila ini dapat diintisarikan menjadi 'hiri' (malu berbuat jahat / salah) dan 'ottappa' (takut akan akibat
perbuatan jahat / salah).

Bagi seseorang yang melaksanakan sila, berarti ia telah membuat dirinya maupun orang lain merasa aman, tentram, dan damai. Keadaan aman, tenteram dan damai merupakan kondisi yang tepat untuk membina, mengembangkan & meningkatkan kemajuan serta kesejahteraan masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terealisasinya Nibbana.
3. Cagasampada: murah hati, memiliki sifat kedermawanan, kasih sayang, yang dinyatakan dalam bentuk menolong mahluk lain, tanpa ada perasaan bermusuhan atau iri hati, dengan tujuan agar mahluk lain dapat hidup tenang, damai, dan bahagia.

Untuk mengembangkan caga dalam batin, seseorang harus sering melatih mengembangkan kasih sayang dengan menyatakan dalam batinnya (merenungkan) sebagai berikut:

"Semoga semua mahluk berbahagia, bebas dari penderitaan, kebencian, kesakitan, dan kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri."

4. Panna: harus melatih mengembangkan kebijaksanaan, yang akan membawa ke arah terhentinya dukkha (Nibbana).

Kebijaksanaan di sini artinya dapat memahami timbul dan padamnya segala sesuatu yang berkondisi; atau pandangan terang yang bersih dan benar terhadap segala sesuatu yang berkondisi, yang membawa ke arah terhentinya penderitaan.
Panna muncul bukan hanya didasarkan pada teori, tetapi yang paling penting adalah dari pengalaman dan penghayatan ajaran Buddha.

Panna berkaitan erat dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Singkatnya ia mengetahui dan mengerti tentang: masalah yang dihadapi, timbulnya penyebab masalah itu, masalah itu dapat dipadamkan / diatasi dan cara atau metode untuk memadamkan penyebab masalah itu.

Itulah uraian dari Vyagghapajja sutta yang ada hubungannya dengan kesuksesan dalam kehidupan duniawi yang berkenaan dengan tujuan hidup umat Buddha.

Sutta lain yang juga membahas tentang kesuksesan dalam kehidupan duniawi ini, bisa kita lihat pula dalam Anguttara Nikaya II 65, di mana Sang Buddha menyatakan beberapa keinginan yang wajar
dari manusia biasa (yang hidup berumah tangga), yaitu:

1. Semoga saya menjadi kaya, dan kekayaan itu terkumpul dengan cara yang benar dan pantas.
2. Semoga saya beserta keluarga dan kawan-kawan, dapat mencapai kedudukan social yang tinggi.
3. Semoga saya selalu berhati-hati di dalam kehidupan ini, sehingga saya dapat berusia panjang.
4. Apabila kehidupan dalam dunia ini telah berakhir, semoga saya dapat terlahirkan kembali di alam kebahagiaan (surga).

Keempat keinginan wajar ini, merupakan tujuan hidup manusia yang masih diliputi oleh kehidupan duniawi; dan bagaimana caranya agar keinginan-keinginan ini dapat dicapai, penjelasannya adalah sama dengan uraian yang dijelaskan di dalam Vyagghapajja sutta tadi.

Jadi, jelaslah sekarang bahwa Sang Buddha di dalam ajaran Beliau, sama sekali tidak menentang terhadap kemajuan atau kesuksesan dalam kehidupan duniawi.

Dari semua uraian di atas tadi, bisa kita ketahui bahwa Sang Buddha juga memperhatikan kesejahteraan dalam kehidupan duniawi; tetapi memang, Beliau tidak memandang kemajuan duniawi sebagai sesuatu yang benar, kalau hal tersebut hanya didasarkan pada kemajuan materi semata, dengan mengabaikan dasar-dasar moral dan spiritual;

Sebab seperti yang dijelaskan tadi, yaitu bahwa tujuan hidup umat Buddha, bukan hanya mencapai kebahagiaan di dalam kehidupan duniawi (kebahagiaan yang masih berkondisi saja), tetapi juga bisa merealisasi kebahagiaan yang tidak berkondisi, yaitu terbebas total dari dukkha, terealisasinya Nibbana.

Maka meskipun menganjurkan kemajuan material dalam rangka kesejahteraan dalam kehidupan duniawi, Sang Buddha juga selalu menekankan pentingnya perkembangan watak, moral, dan spiritual, untuk menghasilkan suatu masyarakat yang bahagia, aman, dan sejahtera secara lahir maupun batin; dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terbebas dari dukkha atau terealisasinya Nibbana

My religion is my guide

AGAMA BUDDHA = BUDDHA DHAMMA + TRADISI
Agama Buddha sebenarnya terdiri dari dua bagian besar. Bagian pertama adalah pelajaran kebenaran yang diberikan oleh Sang Buddha Gotama disebut dengan Buddha Dhamma. Bagian kedua adalah tradisi yang berkembang pada satu masyarakat tertentu tempat tumbuhnya Buddha Dhamma tersebut. Apabila kita berbicara tentang relevansi Agama Buddha dalam menghadapi kemajuan jaman, hendaknya kita dapat membatasi diri membicarakan Buddha Dhamma saja, bukan tentang tradisi. Tradisi dapat berlainan dari satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Membahas masalah tradisi akan bertele-tele dan tidak akan menemui titik terang. Masing-masing akan mempertahankan pendapatnya mati-matian. Padahal, kebenaran Dhamma bukan pada tradisi itu. Pembahasan Buddha Dhamma, di mana pun juga, oleh siapa pun juga, hasilnya akan dan harus tetap sama.
Hal paling pokok dalam Buddha Dhamma atau Ajaran Sang Buddha adalah Empat Kesunyataan Mulia. Bila Buddha Dhamma diibaratkan suatu sistem pendidikan tingkat perguruan tinggi maka Empat Kesunyataan Mulia adalah kurikulum dasarnya. Hal ini dapat terjadi karena selama Sang Buddha mengajarkan Dhamma sampai 45 tahun lamanya, pokok ajaran Beliau selalu sama, Empat Kesunyataan Mulia. Sang Buddha mengajar sebanyak 84.000 kali ceramah, isinya sama yaitu Empat Kesunyataan Mulia. Hingga saat inipun pokok pelajaran Agama Buddha tetap dan berlaku universal. Bahkan di masa yang akan datang pun juga sama. Sampai munculnya Buddha yang akan datang pun pasti akan mengajarkan hal yang sama. Semua Buddha ajaranNya sama. Oleh karena itu, jelaslah bahwa Empat Kesunyataan Mulia itu dapat dijadikan tolok ukur untuk membedakan Agama Buddha dengan berbagai macam tradisi.
Isi Empat Kesunyataan Mulia yang pertama adalah, hidup sesungguhnya berisikan ketidakpuasan. Artinya berkumpul dengan segala sesuatu yang dibenci dan berpisah dengan segala sesuatu yang dicinta akan menimbulkan ketidakpuasan. Kedua, ketidakpuasan ini ada sebabnya yaitu keinginan atau harapan kita sendiri. Makin besar harapan, makin besar pula kekecewaan yang akan dirasakan. Harapan yang berlebihan ini dapat muncul karena ketidaktahuan kita akan kenyataan hidup yang selalu berubah, tidak kekal. Harapan tidak selalu menjadi kenyataan, sebaliknya, kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan. Biasanya kita mengerti ketidakkekalan hanya berlaku untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Akhirnya, kita akan menjadi penasehat ulung tetapi tidak dapat memanfaatkan Buddha Dhamma untuk kehidupan kita sendiri. Inilah yang menjadi penyebab ketidakpuasan. Banyak teori kurang praktek Dhamma. Ketiga, karena penyebab ketidakpuasan sudah diketahui, maka pasti ada jalan untuk mengatasinya. Jalan kebebasan itu telah ditunjukkan oleh Sang Guru Agung. Bila telah ada jalan dan kemudian dilaksanakan, maka pastilah ketidakpuasan dapat segera diatasi. Terbebas dari ketidakpuasan dan memiliki batin seimbang dalam menghadapi perubahan hidup, itulah tujuan seorang umat Buddha. Keempat, cara atau jalan mengatasi dan menguasai diri kita sendiri agar dapat mencapai keadaan batin yang tenang, seimbang. Cara atau jalan yang diajarkan Sang Buddha ini disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Isi Jalan ini adalah Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Cara hidup Benar, Daya Upaya Benar, Konsentrasi Benar dan Samadhi Benar. Jadi, inti Empat Kesunyataan Mulia sebenarnya adalah hukum sebab dan akibat. Ada sebab, muncullah akibat; hilang sebab, hilang pula akibatnya. Hukum ini pula yang mendasari seluruh Ajaran Sang Buddha